SURABAYA – Setelah bulan Ramadan berakhir, bulan Syawal telah tiba. Tentu, beberapa kebiasaan umat muslim Indonesia akan muncul untuk memperoleh pahala di hari raya Idulfitri. Namun, tak jarang ada beberapa kebiasaan yang justru mempengaruhi kadar kualitas pahala seseorang, bahkan malah mendapatkan dosa saat merayakan Idulfitri.
Berikut empat kebiasaan buruk masyarakat Indonesia yang harus dihindari agar pahala seseorang dalam merayakan Idulfitri tetap terjaga menurut dosen Fakultas Ilmu Budaya UNAIR Mochtar Luthfi SS MHum sebagai Dosen UNAIR, di antaranya:
Baca juga:
Hymne Madrasah: Lirik dan Lagu
|
Idulfitri sebagai Ajang Pamer
Pamer merupakan kebiasaan yang tidak banyak orang bisa sadari. Kebiasaan ini rentan terjadi bagi seseorang yang mudik ke pulang kampung, lalu memamerkan kesuksesannya.
“Yang pertama adalah pamer. Jadi tanpa sadar ketika orang-orang mudik itu ingin menunjukkan kesuksesan. Jadi pamer kesuksesan, pamer kekayaan, pamer banyak hal, ” ujar dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia itu.
Luthfi mengatakan bahwa masyarakat harus segera menghindari kebiasaan yang dapat merusak amal karena ini kebiasaan riya. “Hartanya sendiri dipamerkan aja sudah riya. Dan riya itu amalan atau aktivitas yang dapat menghapuskan amal, ” ujar Luthfi, Jum'at (21/4).
Meninggalkan Ibadah yang Wajib
Masyarakat juga tak sadar sering meninggalkan ibadah yang wajib demi memeriahkan hal yang sunnah. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah takbir keliling.
“Kalau aktivitas dalam menyambut lebaran itu tidak jarang meninggalkan sesuatu yang wajib. Jadi misalnya untuk merayakan lebaran, takbir keliling itu sampai tidak salat magrib, tidak salat isya, lo. Yang mestinya salat wajib, malah tidak menjalankan, ” ucap dosen pengampu mata kuliah Agama Islam itu.
Baca juga:
Menikmati Kesegaran Sungai Gintung
|
Begitu pula dengan meninggalkan salat subuh karena terlalu fokus salat Idulfitri sebagai ibadah sunnah. Seseorang tidak boleh meninggalkan salat subuh sebagai ibadah wajib karena akan mendapatkan dosa jika meninggalkannya. “Jadi sesuatu yang mestinya fokus yaitu di hal wajib, baru hal sunnah, ” kata Luthfi.
Merayakan Idulfitri yang Mengganggu
Salah satu kebiasaan yang masih sering ada di masyarakat ketika Idulfitri adalah bermain petasan. Mereka memiliki niat untuk merayakan Idulfitri, tetapi tidak semua orang menyukai petasan yang lebih banyak keburukannya. Karbit adalah satu satu petasan yang harus segera dihindari.
“Atau bahkan zaman saya kecil itu karbit. Itu suaranya sampai sak desa ra isok turu kabeh (satu desa tidak bisa tidur semua, Red.). Itukan merayakan, tetapi mengganggu. Orang-orang yang merasa terzalimi malah dungo e elek (berdoanya jelek, Red.), ” ucap keresahan Luthfi.
Mengabaikan Silaturahmi
Mochtar Luthfi juga sering menemui masyarakat yang mementingkan wisata terlebih dahulu daripada silaturahmi. Padahal, momen Idulfitri adalah saling bermaaf-maafan.
“Ada momen Idulfitri tidak jarang yang utamakan silaturahmi, tetapi yang diutamakan wisata. Jadi mengunjungi tempat wisata nomor satu, silaturahmi yang sekian, bahkan diabaikan, ” kata Mochtar Luthfi. (*)
Penulis: Muhammad Fachrizal Hamdani
Editor: Binti Q. Masruroh